Ethel Kings was born on 13. of April 1979 in Tartu, Estonia, when it was still part of Soviet Union. Besides regular studies she studied at Children's Art School of Tartu for 7 years, during which she finished the basic program plus took extra classes of painting and figure drawing. After finishing high school (1997) she entered entirely different field of education, attained a BA degree in Theology (2005) and continued with Master studies in Antropology of Religions in University of Tartu.
Since finishing high school E. Kings has worked as a radio show host and editor, marketing manager, website administrator, lecturer of pastoral concelling, freelance journalist etc. Just before coming to Indonesia, after 13 year gap, she decided to turn back to fine arts. In Indonesia she also changed her writing practice from producing articles to concentrating on creative writing and finished her first novel, which is in editing now.
Her paintings and writings are interconnected, lot of the paintings have become into short stories and lot of story motives have been expressed in the paintings. If her art is more refferred to as syrrealism, her writings can be reffered as magic realism. The winged creatures is one of the themes that often occour in both. The dreamyness tentioned with yearning for something higher, lighter, brighter characterizer the atmosphere of her works.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ethel Kings lahir pada 13 April 1979 di Tartu, Estonia, ketika negeri itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Ia bersekolah di Children's Art School Tartu selama tujuh tahun, di mana selama itu ia menyelesaikan program dasar ditambah dengan kelas-kelas ekstra dalam pelajaran melukis dan menggambar sosok bergerak (figure drawing). Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas (1997), ia kemudian menempuh bidang pendidikan yang sangat berbeda, memperoleh gelar BA dalam Teologi (2005) dan melanjutkan dengan studi-studi Master dalam Anthropologi Agama di Universitas Tartu.
Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas, E. Kings bekerja sebagai penyiar dan editor siaran radio, manajer pemasaran, admin situs web, konselor masalah-masalah agama, jurnalis independen dan sebagainya. Sebelum datang ke Indonesia, setelah jeda selama 13 tahun, ia memutuskan untuk kembali ke seni murni. Di Indonesia, ia juga mengubah praktek menulisnya dari menulis artikel menjadi lebih terkonsentrasi pada penulisan kreatif dan menyelesaikan novel pertamanya, yang sekarang sedang dalam proses penyuntingan.
"A Girl in Red" Oil on Canva 60x50cm
"Fight for The Light" Oil on Canvas 100x120cm
"The House of History" Oil on Canvas 80x80cm
Cash in your dreams
Coming to a foreign country to live a while was a long-term dream of mine. I came to Indonesia. I also dreamt of the times when I can spend mornings writing and afternoons painting. There never seemed to be neither time nor space for that while living in my homecountry. Indonesia changed that. I did not come here to become an artist, I just came because of the inner drive, came to explore new horizonts and naturally one lead to another.
I have spent time on three different continents, slept on the streets of Paris, hiked during monsoon season in Himalayas, seen sunset in the desert of Sahara, made friends with berber camel herders, gipsy street musicians, priests on their pilgrimage. Everyone of them has dreams.
Dreams are challenging for capturing on canvas. For one year I have been capturing just the dreaming. Dreams are hidden behind those closed and occasionally open eyes in my works as well as they are hidden and unspoken in the minds of us all.
The characters in my paintings ask you not to kill them – not to kill these evasive dream-images of their minds. Because these images are the reminders of the lives they could live.
Dreams are fragile, yet powerful. The day the silent dream-images grow to torment you, when you realize you are just a tiny screw in the big machinery run by God-knows-who, you give up the dreaming and start living guided by the sacred flame inside you.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Melaksanakan Mimpi
Datang ke sebuah negeri asing untuk tinggal sementara waktu adalah mimpi jangka panjang saya. Saya datang ke Indonesia. Saya juga memimpikan masa-masa ketika saya menghabiskan pagi dengan menulis dan melukis pada senja hari. Indonesia mengubah hal itu. Saya tidak datang ke sini untuk menjadi seorang seniman. Saya datang ke sini karena dorongan dari dalam batin, datang untuk menjelajahi cakrawala-cakrawala baru dan, secara alamiah, satu hal membimbing ke hal yang lain.
Saya telah menghabiskan waktu di tiga benua yang berbeda, tidur di jalanan Paris, mendaki gunung selama musim hujan di Himalaya, melihat matahari tenggelam di Gurun Sahara, bersahabat dengan para penggembala unta suku Berber, para musisi jalanan gipsi, para pendeta yang sedang berziarah. Setiap orang dari mereka memiliki mimpi.
Mimpi-mimpi itu sangat menantang untuk dituangkan ke dalam kanvas. Selama satu tahun saya hanya menangkap mimpi itu. Mimpi-mimpi tersembunyi di balik mata yang tertutup dan sesekali terbuka di dalam karya-karya saya sebagaimana mimpi-mimpi itu tersembunyi dan tak terucapkan di dalam pikiran kita semua.
Para tokoh di dalam lukisan saya memohon kepada Anda agar tidak membunuh mereka -- agar tidak membunuh citra-citra mimpi yang kuat dari pikiran mereka. Karena citra-citra adalah pengingat tentang berbagai kehidupan yang dapat mereka hayati.
Mimpi-mimpi itu rapuh, tapi penuh kekuatan. Pada hari ketika citra-citra mimpi yang bisu itu tumbuh untuk menyiksamu, kau berhenti bermimpi dan mulai hidup dengan dipandu oleh api suci dalam dirimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar